METODE PEMBELAJARAN
KELOMPOK TUTORIAL
Tutorial
Tutorial (tutoring) adalah bantuan
atau bimbingan belajar yang bersifat akademik oleh tutor kepada mahasiswa
(tutee) untuk membantu kelancaran proses belajar madiri mahasiswa secara
perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar. Tutorial dilaksanakan
secara tatap muka atau jarak jauh berdasarkan konsep belajar mandiri.
Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa” (student’s independency). Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di rumah, dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah “perkuliahan” biasa, bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah” (lecturing) yang umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat besar.
Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa tutorial merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri mahasiswa dalam belajar dengan minimalisasi intervensi dari pihak pembelajar/tutor. Prinsip pokok tutorial adalah “kemandirian mahasiswa” (student’s independency). Tutorial tidak ada, jika kemandirian tidak ada. Jika mahasiswa tidak belajar di rumah, dan datang ke tutorial dengan ‘kepala kosong’, maka yang terjadi adalah “perkuliahan” biasa, bukan tutorial. Dengan demikian, secara konseptual tutorial perlu dibedakan secara tegas dengan “kuliah” (lecturing) yang umum berlaku di perguruan tinggi tatap muka, di mana peran dosen sangat besar.
Peran utama tutor dalam tutorial
adalah:
a.
“pemicu” dan “pemacu” kemandirian belajar
mahasiswa, berpikir dan berdiskusi;
b.
“pembimbing,
fasilitator, dan mediator” mahasiswa dalam membangun pengetahuan, nilai, sikap
dan keterampilan akademik dan profesional secara mandiri, dan/atau dalam
menghadapi atau memecahkan masalah-masalah dalam belajar mandirinya; memberikan
bimbingan dan panduan agar mahasiswa secara mandiri memahami materi mata
kuliah; memberikan umpan balik kepada mahasiswa secara tatap muka atau melalui
alat komunikasi; memberikan dukungan dan bimbingan, termasuk memotivasi dan
membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan belajarnya.
Agar tutorial tidak terjebak dalam
situasi perkuliahan biasa, terbina hubungan bersetara, mampu memainkan
peran-peran di atas, dan tutorial berjalan efektif, tutor perlu menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi untuk:
1.
membangkitkan minat mahasiswa terhadap materi
yang sedang dibahas,
2.
menguji pemahaman mahasiswa terhadap materi
pelajaran,
3.
memancing
mahasiswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan tutorial
4.
mendiagnosis kelemahan-kelemahan mahasiswa,
5.
menuntun
mahasiswa untuk dapat menjawab masalah yang sedang dihadapi (Hyman, dalam
Suroso, 1992).
Tutor juga menstimulasi mahasiswa
untk terlibat aktif dalam pembahasan:
a.
masalah yang ditemukan mahasiswa dalam
mempelajari modul;
b.
kompetensi atau konsep esensial matakuliah;
c.
persoalan
yang terkait dengan unjuk kerja (praktik/praktikum) mahasiswa di dalam/di luar
kelas tutorial
d.
masalah yang berkaitan dengan profesi keguruan
yang ditemukan ketika mahasiswa menjalankan tugas sehari-hari sebagai guru.
Untuk mendukung pelaksanaan peran
dan fungsi-fungsi di atas, tutor perlu menguasai secara trampil sejumlah keterampilan
dasar tutorial, yakni:
1.
membuka
dan menutup tutorial
2.
bertanya lanjut
3.
memberi penguatan
4.
mengadakan variasi
5.
Menjelaskan
6.
memimpin
diskusi kelompok kecil
7.
mengelola
kelas
8.
mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Kedelapan jenis keterampilan dasar tutorial ini pada dasarnya sama dengan
keterampilan dasar mengajar, yang diadaptasi dari perangkat “Sydney Micro
Skills” yang dikembangkan oleh Sydney University tahun 1973.
B. Prinsip-prinsip Tutorial
Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh tutor agar penyelenggaraan tutorial yang efektif, dan tidak terjebak pada situasi perkuliahan biasa, adalah:
1. interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif, yaitu tingkatan berpikir yang menekankan pada pembentukan keterampilan “learning how to learn” atau “think how to think” (mengapa demikian, bagaimana hal itu bisa terjadi, dsb).
2. tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah proses belajar yang dijalani oleh tutee.
3. tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian (understanding = C2) yang mendalam sehingga mampu menghasilkan pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
4. tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian informasi semata (transfer of knowledge/information), dan menantang tutee untuk menggali informasi/pengetahuan sendiri dari berbagai sumber belajar dan pengalaman lapangan.
5. tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat terhadap kebenaran dan kualitas komentar atau sumbang pikiran (brainstroming) tutee.
6. tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antartutee, sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektual, psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi antartutee.
7. segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses dinamika kelompok di mana setiap tutee dalam kelompok memberikan sumbang pikirannya.
8. tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.
9. tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap kebenaran jawaban atau pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee atas kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan tutee. (Anda yakin demikian, mengapa, apa alasannya?).
10. tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan untuk belajar, sehingga tutee tidak merasa bosan, jenuh, dan/atau putus asa.
11. tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada taraf pengertian yang mendalam (indepth understanding).
12. tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah interpersonal dalam kelompok, dengan segera melakukan intervensi skala kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika kelompok. tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan selalu bertanggungjawab atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi, sewaktu-waktu tutor juga harus lepas tangan (power off) bila proses belajar tutee telah berjalan dengan baik.
Beberapa prinsip dasar tutorial yang sebaiknya dipahami oleh tutor agar penyelenggaraan tutorial yang efektif, dan tidak terjebak pada situasi perkuliahan biasa, adalah:
1. interaksi tutor-tutee sebaiknya berlangsung pada tingkat metakognitif, yaitu tingkatan berpikir yang menekankan pada pembentukan keterampilan “learning how to learn” atau “think how to think” (mengapa demikian, bagaimana hal itu bisa terjadi, dsb).
2. tutor harus membimbing tutee dengan teliti dalam keseluruhan langkah proses belajar yang dijalani oleh tutee.
3. tutor harus mampu mendorong tutee sampai pada taraf pengertian (understanding = C2) yang mendalam sehingga mampu menghasilkan pengetahuan (create = C6) yang tahan lama.
4. tutor seyogianya menghindarkan diri dari pemberian informasi semata (transfer of knowledge/information), dan menantang tutee untuk menggali informasi/pengetahuan sendiri dari berbagai sumber belajar dan pengalaman lapangan.
5. tutor sebaiknya menghindarkan diri dari upaya memberikan pendapat terhadap kebenaran dan kualitas komentar atau sumbang pikiran (brainstroming) tutee.
6. tutor harus mampu menumbuhkan diskusi, komentar dan kritik antartutee, sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektual, psikomotorik, sikap demokrasi, kerjasama, dan interaksi antartutee.
7. segala kuputusan dalam tutorial sebaiknya diambil melalui proses dinamika kelompok di mana setiap tutee dalam kelompok memberikan sumbang pikirannya.
8. tutor sebaiknya menghindari pola interaksi tutor-tutee, dan mengembangkan pola interaksi tutee-tutee.
9. tutor perlu melakukan pelacakan lebih jauh (probing) terhadap setiap kebenaran jawaban atau pendapat tutee, untuk lebih meyakinkan tutee atas kebenaran jawaban atau pendapat yang dikemukakan tutee. (Anda yakin demikian, mengapa, apa alasannya?).
10. tutor seyogianya mampu membuat variasi stimulasi/rangsangan untuk belajar, sehingga tutee tidak merasa bosan, jenuh, dan/atau putus asa.
11. tutor selayaknya memantau kualitas kemajuan belajar tutee dengan mengarahkan kajian sampai pada taraf pengertian yang mendalam (indepth understanding).
12. tutur perlu menyadari kemungkinan munculnya potensi masalah interpersonal dalam kelompok, dengan segera melakukan intervensi skala kecil untuk memelihara efektivitas proses kerja dan dinamika kelompok. tutor perlu senantiasa bekerjasama (power with) dengan tutee, dan selalu bertanggungjawab atas proses belajar dalam kelompok. Akan tetapi, sewaktu-waktu tutor juga harus lepas tangan (power off) bila proses belajar tutee telah berjalan dengan baik.
C. Model-model Tutorial
Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang tutorial yang digunakan untuk menyarankan bagaimana sebuah proses tutorial selayaknya dilakukan. Model tutorial juga dapat diartikan sebagai sebuah struktur konseptual tentang tutorial yang dapat membantu memberikan bimbingan atau arahan kepada tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas tutorial, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif. Sebuah model tutorial, dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan filosofis, psikologis, sosial, kultural tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.
Model tutorial adalah suatu analog konseptual tentang tutorial yang digunakan untuk menyarankan bagaimana sebuah proses tutorial selayaknya dilakukan. Model tutorial juga dapat diartikan sebagai sebuah struktur konseptual tentang tutorial yang dapat membantu memberikan bimbingan atau arahan kepada tutor di dalam mengelola dan mengembangkan aktivitas tutorial, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan secara efektif. Sebuah model tutorial, dikembangkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan filosofis, psikologis, sosial, kultural tentang hakikat tutee, tutor, materi, dsb.
Pada dasarnya, terdapat ragam model tutorial yang dikenal
dalam kepustakaan tutorial. Beberapa model tutorial yang bisa digunakan oleh
para tutor secara terampil untuk keperluan tutorial di Universitas Terbuka di
antaranya model-model tutorial tersebut sengaja dikembangkan dalam rangka
Program Akreditasi Tutor UT (PAT-UT), yakni: (1) PAT-UT I, (2) PAT-UT II, dan
(3) PAT-UT III. Selain itu para tutor juga dapat menggunakan model-model
tutorial yang aktif-kreatif inovatif yang banyak berkembang dan digunakan dalam
pembelajaran di Indonesia seperti: Cooperative Learning, Jigsaw I dan II,
Konstruktivisme, Pemecahan Masalah/Studi Kasus, Model Kreatif & Produktif,
Latihan Keterampilan, Simulasi & Bermain Peran, atau Model Pembelajaran
Orang Dewasa.
D. Modus Tutorial
Ada empat modus tutorial, yakni: tutorial tatap muka (TTM);
tutorial tertulis (tutis) lewat surat-menyurat/krespondensi; tutorial elektorik
(tutel) lewat televisi, radio, media massa, dan internet; dan tutorial online
(tuton) lewat internet. Bagi mahasiswa PENDAS ada dua modus tutorial yang
disediakan, yaitu (1) Tutorial Tatap muka (TTM), meliputi Tutorial Tatap Muka
Wajib (TTM) dan Tutorial Tatap Muka Atas Dasar Permintaan Mahasiswa
(TTM-ATPEM).dan (2) tutorial online (tuton) lewat internet.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
Diskusi kelompok terbimbing dengan model tutur merupakan kelompok diskusi yang beranggotakan 5-6 siswa pada setiap kelas di bawah bimbingan guru mata pelajaran dengan menggunakan tutor sebaya. Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar. Dengan menggunakan model tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.
E Langkah-langkah
Untuk menghidupkan suasana kompetitif, setiap kelompok harus
terus dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain
aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang
disajikan. Ketua kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa.
Misalnya, jika di suatu kelas terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan
catatan ada satu kelompok yang terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok
terbentuk, siswa perlu mengajukan calon tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki
kriteria: (1) memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas;
(2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa; (3) memiliki motivasi tinggi
untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki sikap toleransi dan
tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan
kelompok diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani,
dan bertanggung jawab; dan (7) suka membantu sesamanya yang mengalami
kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis; (3) menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4) melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari.
Peran guru dalam metode diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar