Senin, 11 Februari 2013

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita Film-film kartun Walt Disney, seperti Cinderella dan Putri Salju misalnya, adalah dongeng-dongeng terkenal yang digemari anak-anak di seluruh dunia. Sebenarnya, kalau kita telaah lebih jauh, dongeng-dongeng itu nyaris mempunyai misi yang sama. Ambil contoh cerita Cinderella, awalnya dia seorang anak tiri yang tugasnya membersihkan rumah, yang pakainnya kumal, lusuh dan sobek-sobek, tapi dia sangat cantik. Suatu hari pangeran mengadakan sayembara untuk mencari permaisuri. Tiba-tiba keberuntungan menghampirinya, ia bertemu peri yang memberinya pakaian indah untuk digunakan saat pesta. Akhirnya pangeran memilihnya menjadi permaisuri. Atau dongeng Putri salju. Menurut cermin ajaib, ia wanita tercantik di seluruh kerajaan. Karena itu, ratu membuangnya ke hutan. Tapi, nasib baik mengiringinya, ia dinikahi pangeran tampan yang tersesat di hutan itu. Begitu banyak dongeng anak yang terkenal di seluruh dunia yang misinya tak lain hanya membuat anak-anak perempuan kita menjadi pecinta dunia kelak setelah mereka dewasa. Disadari atau tidak oleh para orang tua, tak sedikit dari anak-anak perempuan mereka yang bercita-cita menjadi orang yang cantik, kaya, dan hidup bermewah-mewah bak Cinderella, Putri Salju atau figur kartun lainnya. Sungguh, realita yang benar-benar memprihatinkan. Bahkan, tokoh kartun seperti Tom and Jery sangat efektif membuat anak-anak kita menjadi orang yang pendendam, licik, jahat, brutal, sadis, dan tak mempunyai kepekaan terhadap sesama. Oleh karena itu, jika sensor acara TV tak optimal, maka salah satu solusinya adalah para orang tualah yang harus mendampingi atau mencarikan pendamping saat anak menonton TV. Anak-anak adalah bahan baku sumber daya manusia negeri ini. Mau tidak mau, merekalah yang akan menjadi pemimpin kelak, yang harus berfikir bagaimana negeri ini keluar dari krisis. Ironis sekali bila mereka terbentuk karekternya oleh hiburan-hiburan yang tak membuatnya menjadi lebih baik moral dan akhlaknya, juga tak membuat berkembang kemampuan intelektualnya. Tak berhenti hanya pada dongeng anak atau cerita kartun, tapi telenovela atau sinetron pun tak kalah gigihnya mempengaruhi para remaja dan ibu-ibu untuk hidup konsumtif dan bermewah-mewah. Kalau kita cermati, tak sedikit yang garis besar ceritanya menuturkan tentang seorang wanita yang hidup menderita, tapi karena kecantikannya, ia dinikahi laki-laki kaya dan tampan. Berkaitan dengan para wanita termasuk para muslimah, dampak dari dongeng-dongeng itu mengakibatkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa alat ukur kemuliaan bagi wanita adalah kecantikan. Karenanya, betapa banyak para wanita yang mengisi hari-harinya hanya untuk berdandan. Merawat diri seperti creambath, facial, atau mandi lulur, semua itu baik sekali, sebagai rasa syukur atas apa yang Alloh karuniakan pada kita. Tapi tak lantas menjadikan kita menganggap seolah hanya kecantikanlah yang menentukan derajat kemuliaan seorang wanita. Akibatnya, tak jarang para wanita yang bersaing dengan teman-temannya hanya sekadar untuk urusan model pakaian, sepatu, tas, rambut, ataupun tata rias. Bahkan ada juga yang sampai saling mendengki dan bermusuhan hanya karena masalah mode dan kecantikan. Sayangnya, tak banyak para wanita yang bersaing dalam hal yang bersifat produktif atau prestatif. Bagaimana cara menguji diri kita apakah kita menganggap bahwa kecantikan itu alat ukur kemuliaan atau bukan? Mudah, caranya adalah apakah kita mendengki terhadap orang yang cantik atau tidak. Bila kita merasa sakit hati, iri, dan dengki melihat wanita cantik, itu pertanda bahwa jiwa kita telah tertipu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah dongeng-dongeng yang kita tonton waktu kecil. Padahal, yang membedakan derajat sesorang disisi Alloh hanyalah ketakwaannya, bukan kecantikannya. Tak mungkin hanya karena seorang wanita kurang cantik maka ia tak layak masuk sorga-Nya. Begitupun sebaliknya, belum tentu seorang wanita yang cantik dijamin akan selamat bila tak bertakwa. Kecantikan itu hanyalah rahmat dan karunia Alloh yang harus kita syukuri. Kemuliaan seorang wanita bisa diukur misalnya dari kemampuannya membuktikan kehambaannya kepada Alloh, keberhasilannnya mendidik putra-putrinya menjadi orang-orang yang shaleh, kemampuannya memperlakukan suaminya dengan baik, keberhasilannya menjadikan rumah tangga yang berkah yang disukai Alloh atau perjuangannya membimbing para muslimah, kaum wanita, dan umat menuju jalan Alloh SWT. Semoga Alloh SWT mengampuni kelalaian kita dalam menyikapi karunia yang Ia berikan pada kita. Mudah-mudahan, akan segera hadir cerita-cerita anak yang bisa membentuk generasi penerus kita menjadi pribadi yang berakhlak baik. Wallohu'alam.

Tidak ada komentar: