Senin, 11 Februari 2013

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita Film-film kartun Walt Disney, seperti Cinderella dan Putri Salju misalnya, adalah dongeng-dongeng terkenal yang digemari anak-anak di seluruh dunia. Sebenarnya, kalau kita telaah lebih jauh, dongeng-dongeng itu nyaris mempunyai misi yang sama. Ambil contoh cerita Cinderella, awalnya dia seorang anak tiri yang tugasnya membersihkan rumah, yang pakainnya kumal, lusuh dan sobek-sobek, tapi dia sangat cantik. Suatu hari pangeran mengadakan sayembara untuk mencari permaisuri. Tiba-tiba keberuntungan menghampirinya, ia bertemu peri yang memberinya pakaian indah untuk digunakan saat pesta. Akhirnya pangeran memilihnya menjadi permaisuri. Atau dongeng Putri salju. Menurut cermin ajaib, ia wanita tercantik di seluruh kerajaan. Karena itu, ratu membuangnya ke hutan. Tapi, nasib baik mengiringinya, ia dinikahi pangeran tampan yang tersesat di hutan itu. Begitu banyak dongeng anak yang terkenal di seluruh dunia yang misinya tak lain hanya membuat anak-anak perempuan kita menjadi pecinta dunia kelak setelah mereka dewasa. Disadari atau tidak oleh para orang tua, tak sedikit dari anak-anak perempuan mereka yang bercita-cita menjadi orang yang cantik, kaya, dan hidup bermewah-mewah bak Cinderella, Putri Salju atau figur kartun lainnya. Sungguh, realita yang benar-benar memprihatinkan. Bahkan, tokoh kartun seperti Tom and Jery sangat efektif membuat anak-anak kita menjadi orang yang pendendam, licik, jahat, brutal, sadis, dan tak mempunyai kepekaan terhadap sesama. Oleh karena itu, jika sensor acara TV tak optimal, maka salah satu solusinya adalah para orang tualah yang harus mendampingi atau mencarikan pendamping saat anak menonton TV. Anak-anak adalah bahan baku sumber daya manusia negeri ini. Mau tidak mau, merekalah yang akan menjadi pemimpin kelak, yang harus berfikir bagaimana negeri ini keluar dari krisis. Ironis sekali bila mereka terbentuk karekternya oleh hiburan-hiburan yang tak membuatnya menjadi lebih baik moral dan akhlaknya, juga tak membuat berkembang kemampuan intelektualnya. Tak berhenti hanya pada dongeng anak atau cerita kartun, tapi telenovela atau sinetron pun tak kalah gigihnya mempengaruhi para remaja dan ibu-ibu untuk hidup konsumtif dan bermewah-mewah. Kalau kita cermati, tak sedikit yang garis besar ceritanya menuturkan tentang seorang wanita yang hidup menderita, tapi karena kecantikannya, ia dinikahi laki-laki kaya dan tampan. Berkaitan dengan para wanita termasuk para muslimah, dampak dari dongeng-dongeng itu mengakibatkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa alat ukur kemuliaan bagi wanita adalah kecantikan. Karenanya, betapa banyak para wanita yang mengisi hari-harinya hanya untuk berdandan. Merawat diri seperti creambath, facial, atau mandi lulur, semua itu baik sekali, sebagai rasa syukur atas apa yang Alloh karuniakan pada kita. Tapi tak lantas menjadikan kita menganggap seolah hanya kecantikanlah yang menentukan derajat kemuliaan seorang wanita. Akibatnya, tak jarang para wanita yang bersaing dengan teman-temannya hanya sekadar untuk urusan model pakaian, sepatu, tas, rambut, ataupun tata rias. Bahkan ada juga yang sampai saling mendengki dan bermusuhan hanya karena masalah mode dan kecantikan. Sayangnya, tak banyak para wanita yang bersaing dalam hal yang bersifat produktif atau prestatif. Bagaimana cara menguji diri kita apakah kita menganggap bahwa kecantikan itu alat ukur kemuliaan atau bukan? Mudah, caranya adalah apakah kita mendengki terhadap orang yang cantik atau tidak. Bila kita merasa sakit hati, iri, dan dengki melihat wanita cantik, itu pertanda bahwa jiwa kita telah tertipu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah dongeng-dongeng yang kita tonton waktu kecil. Padahal, yang membedakan derajat sesorang disisi Alloh hanyalah ketakwaannya, bukan kecantikannya. Tak mungkin hanya karena seorang wanita kurang cantik maka ia tak layak masuk sorga-Nya. Begitupun sebaliknya, belum tentu seorang wanita yang cantik dijamin akan selamat bila tak bertakwa. Kecantikan itu hanyalah rahmat dan karunia Alloh yang harus kita syukuri. Kemuliaan seorang wanita bisa diukur misalnya dari kemampuannya membuktikan kehambaannya kepada Alloh, keberhasilannnya mendidik putra-putrinya menjadi orang-orang yang shaleh, kemampuannya memperlakukan suaminya dengan baik, keberhasilannya menjadikan rumah tangga yang berkah yang disukai Alloh atau perjuangannya membimbing para muslimah, kaum wanita, dan umat menuju jalan Alloh SWT. Semoga Alloh SWT mengampuni kelalaian kita dalam menyikapi karunia yang Ia berikan pada kita. Mudah-mudahan, akan segera hadir cerita-cerita anak yang bisa membentuk generasi penerus kita menjadi pribadi yang berakhlak baik. Wallohu'alam.

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita Film-film kartun Walt Disney, seperti Cinderella dan Putri Salju misalnya, adalah dongeng-dongeng terkenal yang digemari anak-anak di seluruh dunia. Sebenarnya, kalau kita telaah lebih jauh, dongeng-dongeng itu nyaris mempunyai misi yang sama. Ambil contoh cerita Cinderella, awalnya dia seorang anak tiri yang tugasnya membersihkan rumah, yang pakainnya kumal, lusuh dan sobek-sobek, tapi dia sangat cantik. Suatu hari pangeran mengadakan sayembara untuk mencari permaisuri. Tiba-tiba keberuntungan menghampirinya, ia bertemu peri yang memberinya pakaian indah untuk digunakan saat pesta. Akhirnya pangeran memilihnya menjadi permaisuri. Atau dongeng Putri salju. Menurut cermin ajaib, ia wanita tercantik di seluruh kerajaan. Karena itu, ratu membuangnya ke hutan. Tapi, nasib baik mengiringinya, ia dinikahi pangeran tampan yang tersesat di hutan itu. Begitu banyak dongeng anak yang terkenal di seluruh dunia yang misinya tak lain hanya membuat anak-anak perempuan kita menjadi pecinta dunia kelak setelah mereka dewasa. Disadari atau tidak oleh para orang tua, tak sedikit dari anak-anak perempuan mereka yang bercita-cita menjadi orang yang cantik, kaya, dan hidup bermewah-mewah bak Cinderella, Putri Salju atau figur kartun lainnya. Sungguh, realita yang benar-benar memprihatinkan. Bahkan, tokoh kartun seperti Tom and Jery sangat efektif membuat anak-anak kita menjadi orang yang pendendam, licik, jahat, brutal, sadis, dan tak mempunyai kepekaan terhadap sesama. Oleh karena itu, jika sensor acara TV tak optimal, maka salah satu solusinya adalah para orang tualah yang harus mendampingi atau mencarikan pendamping saat anak menonton TV. Anak-anak adalah bahan baku sumber daya manusia negeri ini. Mau tidak mau, merekalah yang akan menjadi pemimpin kelak, yang harus berfikir bagaimana negeri ini keluar dari krisis. Ironis sekali bila mereka terbentuk karekternya oleh hiburan-hiburan yang tak membuatnya menjadi lebih baik moral dan akhlaknya, juga tak membuat berkembang kemampuan intelektualnya. Tak berhenti hanya pada dongeng anak atau cerita kartun, tapi telenovela atau sinetron pun tak kalah gigihnya mempengaruhi para remaja dan ibu-ibu untuk hidup konsumtif dan bermewah-mewah. Kalau kita cermati, tak sedikit yang garis besar ceritanya menuturkan tentang seorang wanita yang hidup menderita, tapi karena kecantikannya, ia dinikahi laki-laki kaya dan tampan. Berkaitan dengan para wanita termasuk para muslimah, dampak dari dongeng-dongeng itu mengakibatkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa alat ukur kemuliaan bagi wanita adalah kecantikan. Karenanya, betapa banyak para wanita yang mengisi hari-harinya hanya untuk berdandan. Merawat diri seperti creambath, facial, atau mandi lulur, semua itu baik sekali, sebagai rasa syukur atas apa yang Alloh karuniakan pada kita. Tapi tak lantas menjadikan kita menganggap seolah hanya kecantikanlah yang menentukan derajat kemuliaan seorang wanita. Akibatnya, tak jarang para wanita yang bersaing dengan teman-temannya hanya sekadar untuk urusan model pakaian, sepatu, tas, rambut, ataupun tata rias. Bahkan ada juga yang sampai saling mendengki dan bermusuhan hanya karena masalah mode dan kecantikan. Sayangnya, tak banyak para wanita yang bersaing dalam hal yang bersifat produktif atau prestatif. Bagaimana cara menguji diri kita apakah kita menganggap bahwa kecantikan itu alat ukur kemuliaan atau bukan? Mudah, caranya adalah apakah kita mendengki terhadap orang yang cantik atau tidak. Bila kita merasa sakit hati, iri, dan dengki melihat wanita cantik, itu pertanda bahwa jiwa kita telah tertipu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah dongeng-dongeng yang kita tonton waktu kecil. Padahal, yang membedakan derajat sesorang disisi Alloh hanyalah ketakwaannya, bukan kecantikannya. Tak mungkin hanya karena seorang wanita kurang cantik maka ia tak layak masuk sorga-Nya. Begitupun sebaliknya, belum tentu seorang wanita yang cantik dijamin akan selamat bila tak bertakwa. Kecantikan itu hanyalah rahmat dan karunia Alloh yang harus kita syukuri. Kemuliaan seorang wanita bisa diukur misalnya dari kemampuannya membuktikan kehambaannya kepada Alloh, keberhasilannnya mendidik putra-putrinya menjadi orang-orang yang shaleh, kemampuannya memperlakukan suaminya dengan baik, keberhasilannya menjadikan rumah tangga yang berkah yang disukai Alloh atau perjuangannya membimbing para muslimah, kaum wanita, dan umat menuju jalan Alloh SWT. Semoga Alloh SWT mengampuni kelalaian kita dalam menyikapi karunia yang Ia berikan pada kita. Mudah-mudahan, akan segera hadir cerita-cerita anak yang bisa membentuk generasi penerus kita menjadi pribadi yang berakhlak baik. Wallohu'alam.

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita Film-film kartun Walt Disney, seperti Cinderella dan Putri Salju misalnya, adalah dongeng-dongeng terkenal yang digemari anak-anak di seluruh dunia. Sebenarnya, kalau kita telaah lebih jauh, dongeng-dongeng itu nyaris mempunyai misi yang sama. Ambil contoh cerita Cinderella, awalnya dia seorang anak tiri yang tugasnya membersihkan rumah, yang pakainnya kumal, lusuh dan sobek-sobek, tapi dia sangat cantik. Suatu hari pangeran mengadakan sayembara untuk mencari permaisuri. Tiba-tiba keberuntungan menghampirinya, ia bertemu peri yang memberinya pakaian indah untuk digunakan saat pesta. Akhirnya pangeran memilihnya menjadi permaisuri. Atau dongeng Putri salju. Menurut cermin ajaib, ia wanita tercantik di seluruh kerajaan. Karena itu, ratu membuangnya ke hutan. Tapi, nasib baik mengiringinya, ia dinikahi pangeran tampan yang tersesat di hutan itu. Begitu banyak dongeng anak yang terkenal di seluruh dunia yang misinya tak lain hanya membuat anak-anak perempuan kita menjadi pecinta dunia kelak setelah mereka dewasa. Disadari atau tidak oleh para orang tua, tak sedikit dari anak-anak perempuan mereka yang bercita-cita menjadi orang yang cantik, kaya, dan hidup bermewah-mewah bak Cinderella, Putri Salju atau figur kartun lainnya. Sungguh, realita yang benar-benar memprihatinkan. Bahkan, tokoh kartun seperti Tom and Jery sangat efektif membuat anak-anak kita menjadi orang yang pendendam, licik, jahat, brutal, sadis, dan tak mempunyai kepekaan terhadap sesama. Oleh karena itu, jika sensor acara TV tak optimal, maka salah satu solusinya adalah para orang tualah yang harus mendampingi atau mencarikan pendamping saat anak menonton TV. Anak-anak adalah bahan baku sumber daya manusia negeri ini. Mau tidak mau, merekalah yang akan menjadi pemimpin kelak, yang harus berfikir bagaimana negeri ini keluar dari krisis. Ironis sekali bila mereka terbentuk karekternya oleh hiburan-hiburan yang tak membuatnya menjadi lebih baik moral dan akhlaknya, juga tak membuat berkembang kemampuan intelektualnya. Tak berhenti hanya pada dongeng anak atau cerita kartun, tapi telenovela atau sinetron pun tak kalah gigihnya mempengaruhi para remaja dan ibu-ibu untuk hidup konsumtif dan bermewah-mewah. Kalau kita cermati, tak sedikit yang garis besar ceritanya menuturkan tentang seorang wanita yang hidup menderita, tapi karena kecantikannya, ia dinikahi laki-laki kaya dan tampan. Berkaitan dengan para wanita termasuk para muslimah, dampak dari dongeng-dongeng itu mengakibatkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa alat ukur kemuliaan bagi wanita adalah kecantikan. Karenanya, betapa banyak para wanita yang mengisi hari-harinya hanya untuk berdandan. Merawat diri seperti creambath, facial, atau mandi lulur, semua itu baik sekali, sebagai rasa syukur atas apa yang Alloh karuniakan pada kita. Tapi tak lantas menjadikan kita menganggap seolah hanya kecantikanlah yang menentukan derajat kemuliaan seorang wanita. Akibatnya, tak jarang para wanita yang bersaing dengan teman-temannya hanya sekadar untuk urusan model pakaian, sepatu, tas, rambut, ataupun tata rias. Bahkan ada juga yang sampai saling mendengki dan bermusuhan hanya karena masalah mode dan kecantikan. Sayangnya, tak banyak para wanita yang bersaing dalam hal yang bersifat produktif atau prestatif. Bagaimana cara menguji diri kita apakah kita menganggap bahwa kecantikan itu alat ukur kemuliaan atau bukan? Mudah, caranya adalah apakah kita mendengki terhadap orang yang cantik atau tidak. Bila kita merasa sakit hati, iri, dan dengki melihat wanita cantik, itu pertanda bahwa jiwa kita telah tertipu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah dongeng-dongeng yang kita tonton waktu kecil. Padahal, yang membedakan derajat sesorang disisi Alloh hanyalah ketakwaannya, bukan kecantikannya. Tak mungkin hanya karena seorang wanita kurang cantik maka ia tak layak masuk sorga-Nya. Begitupun sebaliknya, belum tentu seorang wanita yang cantik dijamin akan selamat bila tak bertakwa. Kecantikan itu hanyalah rahmat dan karunia Alloh yang harus kita syukuri. Kemuliaan seorang wanita bisa diukur misalnya dari kemampuannya membuktikan kehambaannya kepada Alloh, keberhasilannnya mendidik putra-putrinya menjadi orang-orang yang shaleh, kemampuannya memperlakukan suaminya dengan baik, keberhasilannya menjadikan rumah tangga yang berkah yang disukai Alloh atau perjuangannya membimbing para muslimah, kaum wanita, dan umat menuju jalan Alloh SWT. Semoga Alloh SWT mengampuni kelalaian kita dalam menyikapi karunia yang Ia berikan pada kita. Mudah-mudahan, akan segera hadir cerita-cerita anak yang bisa membentuk generasi penerus kita menjadi pribadi yang berakhlak baik. Wallohu'alam.

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita

Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita Film-film kartun Walt Disney, seperti Cinderella dan Putri Salju misalnya, adalah dongeng-dongeng terkenal yang digemari anak-anak di seluruh dunia. Sebenarnya, kalau kita telaah lebih jauh, dongeng-dongeng itu nyaris mempunyai misi yang sama. Ambil contoh cerita Cinderella, awalnya dia seorang anak tiri yang tugasnya membersihkan rumah, yang pakainnya kumal, lusuh dan sobek-sobek, tapi dia sangat cantik. Suatu hari pangeran mengadakan sayembara untuk mencari permaisuri. Tiba-tiba keberuntungan menghampirinya, ia bertemu peri yang memberinya pakaian indah untuk digunakan saat pesta. Akhirnya pangeran memilihnya menjadi permaisuri. Atau dongeng Putri salju. Menurut cermin ajaib, ia wanita tercantik di seluruh kerajaan. Karena itu, ratu membuangnya ke hutan. Tapi, nasib baik mengiringinya, ia dinikahi pangeran tampan yang tersesat di hutan itu. Begitu banyak dongeng anak yang terkenal di seluruh dunia yang misinya tak lain hanya membuat anak-anak perempuan kita menjadi pecinta dunia kelak setelah mereka dewasa. Disadari atau tidak oleh para orang tua, tak sedikit dari anak-anak perempuan mereka yang bercita-cita menjadi orang yang cantik, kaya, dan hidup bermewah-mewah bak Cinderella, Putri Salju atau figur kartun lainnya. Sungguh, realita yang benar-benar memprihatinkan. Bahkan, tokoh kartun seperti Tom and Jery sangat efektif membuat anak-anak kita menjadi orang yang pendendam, licik, jahat, brutal, sadis, dan tak mempunyai kepekaan terhadap sesama. Oleh karena itu, jika sensor acara TV tak optimal, maka salah satu solusinya adalah para orang tualah yang harus mendampingi atau mencarikan pendamping saat anak menonton TV. Anak-anak adalah bahan baku sumber daya manusia negeri ini. Mau tidak mau, merekalah yang akan menjadi pemimpin kelak, yang harus berfikir bagaimana negeri ini keluar dari krisis. Ironis sekali bila mereka terbentuk karekternya oleh hiburan-hiburan yang tak membuatnya menjadi lebih baik moral dan akhlaknya, juga tak membuat berkembang kemampuan intelektualnya. Tak berhenti hanya pada dongeng anak atau cerita kartun, tapi telenovela atau sinetron pun tak kalah gigihnya mempengaruhi para remaja dan ibu-ibu untuk hidup konsumtif dan bermewah-mewah. Kalau kita cermati, tak sedikit yang garis besar ceritanya menuturkan tentang seorang wanita yang hidup menderita, tapi karena kecantikannya, ia dinikahi laki-laki kaya dan tampan. Berkaitan dengan para wanita termasuk para muslimah, dampak dari dongeng-dongeng itu mengakibatkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa alat ukur kemuliaan bagi wanita adalah kecantikan. Karenanya, betapa banyak para wanita yang mengisi hari-harinya hanya untuk berdandan. Merawat diri seperti creambath, facial, atau mandi lulur, semua itu baik sekali, sebagai rasa syukur atas apa yang Alloh karuniakan pada kita. Tapi tak lantas menjadikan kita menganggap seolah hanya kecantikanlah yang menentukan derajat kemuliaan seorang wanita. Akibatnya, tak jarang para wanita yang bersaing dengan teman-temannya hanya sekadar untuk urusan model pakaian, sepatu, tas, rambut, ataupun tata rias. Bahkan ada juga yang sampai saling mendengki dan bermusuhan hanya karena masalah mode dan kecantikan. Sayangnya, tak banyak para wanita yang bersaing dalam hal yang bersifat produktif atau prestatif. Bagaimana cara menguji diri kita apakah kita menganggap bahwa kecantikan itu alat ukur kemuliaan atau bukan? Mudah, caranya adalah apakah kita mendengki terhadap orang yang cantik atau tidak. Bila kita merasa sakit hati, iri, dan dengki melihat wanita cantik, itu pertanda bahwa jiwa kita telah tertipu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah dongeng-dongeng yang kita tonton waktu kecil. Padahal, yang membedakan derajat sesorang disisi Alloh hanyalah ketakwaannya, bukan kecantikannya. Tak mungkin hanya karena seorang wanita kurang cantik maka ia tak layak masuk sorga-Nya. Begitupun sebaliknya, belum tentu seorang wanita yang cantik dijamin akan selamat bila tak bertakwa. Kecantikan itu hanyalah rahmat dan karunia Alloh yang harus kita syukuri. Kemuliaan seorang wanita bisa diukur misalnya dari kemampuannya membuktikan kehambaannya kepada Alloh, keberhasilannnya mendidik putra-putrinya menjadi orang-orang yang shaleh, kemampuannya memperlakukan suaminya dengan baik, keberhasilannya menjadikan rumah tangga yang berkah yang disukai Alloh atau perjuangannya membimbing para muslimah, kaum wanita, dan umat menuju jalan Alloh SWT. Semoga Alloh SWT mengampuni kelalaian kita dalam menyikapi karunia yang Ia berikan pada kita. Mudah-mudahan, akan segera hadir cerita-cerita anak yang bisa membentuk generasi penerus kita menjadi pribadi yang berakhlak baik. Wallohu'alam.
Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita Film-film kartun Walt Disney, seperti Cinderella dan Putri Salju misalnya, adalah dongeng-dongeng terkenal yang digemari anak-anak di seluruh dunia. Sebenarnya, kalau kita telaah lebih jauh, dongeng-dongeng itu nyaris mempunyai misi yang sama. Ambil contoh cerita Cinderella, awalnya dia seorang anak tiri yang tugasnya membersihkan rumah, yang pakainnya kumal, lusuh dan sobek-sobek, tapi dia sangat cantik. Suatu hari pangeran mengadakan sayembara untuk mencari permaisuri. Tiba-tiba keberuntungan menghampirinya, ia bertemu peri yang memberinya pakaian indah untuk digunakan saat pesta. Akhirnya pangeran memilihnya menjadi permaisuri. Atau dongeng Putri salju. Menurut cermin ajaib, ia wanita tercantik di seluruh kerajaan. Karena itu, ratu membuangnya ke hutan. Tapi, nasib baik mengiringinya, ia dinikahi pangeran tampan yang tersesat di hutan itu. Begitu banyak dongeng anak yang terkenal di seluruh dunia yang misinya tak lain hanya membuat anak-anak perempuan kita menjadi pecinta dunia kelak setelah mereka dewasa. Disadari atau tidak oleh para orang tua, tak sedikit dari anak-anak perempuan mereka yang bercita-cita menjadi orang yang cantik, kaya, dan hidup bermewah-mewah bak Cinderella, Putri Salju atau figur kartun lainnya. Sungguh, realita yang benar-benar memprihatinkan. Bahkan, tokoh kartun seperti Tom and Jery sangat efektif membuat anak-anak kita menjadi orang yang pendendam, licik, jahat, brutal, sadis, dan tak mempunyai kepekaan terhadap sesama. Oleh karena itu, jika sensor acara TV tak optimal, maka salah satu solusinya adalah para orang tualah yang harus mendampingi atau mencarikan pendamping saat anak menonton TV. Anak-anak adalah bahan baku sumber daya manusia negeri ini. Mau tidak mau, merekalah yang akan menjadi pemimpin kelak, yang harus berfikir bagaimana negeri ini keluar dari krisis. Ironis sekali bila mereka terbentuk karekternya oleh hiburan-hiburan yang tak membuatnya menjadi lebih baik moral dan akhlaknya, juga tak membuat berkembang kemampuan intelektualnya. Tak berhenti hanya pada dongeng anak atau cerita kartun, tapi telenovela atau sinetron pun tak kalah gigihnya mempengaruhi para remaja dan ibu-ibu untuk hidup konsumtif dan bermewah-mewah. Kalau kita cermati, tak sedikit yang garis besar ceritanya menuturkan tentang seorang wanita yang hidup menderita, tapi karena kecantikannya, ia dinikahi laki-laki kaya dan tampan. Berkaitan dengan para wanita termasuk para muslimah, dampak dari dongeng-dongeng itu mengakibatkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa alat ukur kemuliaan bagi wanita adalah kecantikan. Karenanya, betapa banyak para wanita yang mengisi hari-harinya hanya untuk berdandan. Merawat diri seperti creambath, facial, atau mandi lulur, semua itu baik sekali, sebagai rasa syukur atas apa yang Alloh karuniakan pada kita. Tapi tak lantas menjadikan kita menganggap seolah hanya kecantikanlah yang menentukan derajat kemuliaan seorang wanita. Akibatnya, tak jarang para wanita yang bersaing dengan teman-temannya hanya sekadar untuk urusan model pakaian, sepatu, tas, rambut, ataupun tata rias. Bahkan ada juga yang sampai saling mendengki dan bermusuhan hanya karena masalah mode dan kecantikan. Sayangnya, tak banyak para wanita yang bersaing dalam hal yang bersifat produktif atau prestatif. Bagaimana cara menguji diri kita apakah kita menganggap bahwa kecantikan itu alat ukur kemuliaan atau bukan? Mudah, caranya adalah apakah kita mendengki terhadap orang yang cantik atau tidak. Bila kita merasa sakit hati, iri, dan dengki melihat wanita cantik, itu pertanda bahwa jiwa kita telah tertipu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah dongeng-dongeng yang kita tonton waktu kecil. Padahal, yang membedakan derajat sesorang disisi Alloh hanyalah ketakwaannya, bukan kecantikannya. Tak mungkin hanya karena seorang wanita kurang cantik maka ia tak layak masuk sorga-Nya. Begitupun sebaliknya, belum tentu seorang wanita yang cantik dijamin akan selamat bila tak bertakwa. Kecantikan itu hanyalah rahmat dan karunia Alloh yang harus kita syukuri. Kemuliaan seorang wanita bisa diukur misalnya dari kemampuannya membuktikan kehambaannya kepada Alloh, keberhasilannnya mendidik putra-putrinya menjadi orang-orang yang shaleh, kemampuannya memperlakukan suaminya dengan baik, keberhasilannya menjadikan rumah tangga yang berkah yang disukai Alloh atau perjuangannya membimbing para muslimah, kaum wanita, dan umat menuju jalan Alloh SWT. Semoga Alloh SWT mengampuni kelalaian kita dalam menyikapi karunia yang Ia berikan pada kita. Mudah-mudahan, akan segera hadir cerita-cerita anak yang bisa membentuk generasi penerus kita menjadi pribadi yang berakhlak baik. Wallohu'alam.
Permasalahan Seputar Kecantikan Wanita Film-film kartun Walt Disney, seperti Cinderella dan Putri Salju misalnya, adalah dongeng-dongeng terkenal yang digemari anak-anak di seluruh dunia. Sebenarnya, kalau kita telaah lebih jauh, dongeng-dongeng itu nyaris mempunyai misi yang sama. Ambil contoh cerita Cinderella, awalnya dia seorang anak tiri yang tugasnya membersihkan rumah, yang pakainnya kumal, lusuh dan sobek-sobek, tapi dia sangat cantik. Suatu hari pangeran mengadakan sayembara untuk mencari permaisuri. Tiba-tiba keberuntungan menghampirinya, ia bertemu peri yang memberinya pakaian indah untuk digunakan saat pesta. Akhirnya pangeran memilihnya menjadi permaisuri. Atau dongeng Putri salju. Menurut cermin ajaib, ia wanita tercantik di seluruh kerajaan. Karena itu, ratu membuangnya ke hutan. Tapi, nasib baik mengiringinya, ia dinikahi pangeran tampan yang tersesat di hutan itu. Begitu banyak dongeng anak yang terkenal di seluruh dunia yang misinya tak lain hanya membuat anak-anak perempuan kita menjadi pecinta dunia kelak setelah mereka dewasa. Disadari atau tidak oleh para orang tua, tak sedikit dari anak-anak perempuan mereka yang bercita-cita menjadi orang yang cantik, kaya, dan hidup bermewah-mewah bak Cinderella, Putri Salju atau figur kartun lainnya. Sungguh, realita yang benar-benar memprihatinkan. Bahkan, tokoh kartun seperti Tom and Jery sangat efektif membuat anak-anak kita menjadi orang yang pendendam, licik, jahat, brutal, sadis, dan tak mempunyai kepekaan terhadap sesama. Oleh karena itu, jika sensor acara TV tak optimal, maka salah satu solusinya adalah para orang tualah yang harus mendampingi atau mencarikan pendamping saat anak menonton TV. Anak-anak adalah bahan baku sumber daya manusia negeri ini. Mau tidak mau, merekalah yang akan menjadi pemimpin kelak, yang harus berfikir bagaimana negeri ini keluar dari krisis. Ironis sekali bila mereka terbentuk karekternya oleh hiburan-hiburan yang tak membuatnya menjadi lebih baik moral dan akhlaknya, juga tak membuat berkembang kemampuan intelektualnya. Tak berhenti hanya pada dongeng anak atau cerita kartun, tapi telenovela atau sinetron pun tak kalah gigihnya mempengaruhi para remaja dan ibu-ibu untuk hidup konsumtif dan bermewah-mewah. Kalau kita cermati, tak sedikit yang garis besar ceritanya menuturkan tentang seorang wanita yang hidup menderita, tapi karena kecantikannya, ia dinikahi laki-laki kaya dan tampan. Berkaitan dengan para wanita termasuk para muslimah, dampak dari dongeng-dongeng itu mengakibatkan sebagian dari mereka beranggapan bahwa alat ukur kemuliaan bagi wanita adalah kecantikan. Karenanya, betapa banyak para wanita yang mengisi hari-harinya hanya untuk berdandan. Merawat diri seperti creambath, facial, atau mandi lulur, semua itu baik sekali, sebagai rasa syukur atas apa yang Alloh karuniakan pada kita. Tapi tak lantas menjadikan kita menganggap seolah hanya kecantikanlah yang menentukan derajat kemuliaan seorang wanita. Akibatnya, tak jarang para wanita yang bersaing dengan teman-temannya hanya sekadar untuk urusan model pakaian, sepatu, tas, rambut, ataupun tata rias. Bahkan ada juga yang sampai saling mendengki dan bermusuhan hanya karena masalah mode dan kecantikan. Sayangnya, tak banyak para wanita yang bersaing dalam hal yang bersifat produktif atau prestatif. Bagaimana cara menguji diri kita apakah kita menganggap bahwa kecantikan itu alat ukur kemuliaan atau bukan? Mudah, caranya adalah apakah kita mendengki terhadap orang yang cantik atau tidak. Bila kita merasa sakit hati, iri, dan dengki melihat wanita cantik, itu pertanda bahwa jiwa kita telah tertipu, bisa jadi salah satu penyebabnya adalah dongeng-dongeng yang kita tonton waktu kecil. Padahal, yang membedakan derajat sesorang disisi Alloh hanyalah ketakwaannya, bukan kecantikannya. Tak mungkin hanya karena seorang wanita kurang cantik maka ia tak layak masuk sorga-Nya. Begitupun sebaliknya, belum tentu seorang wanita yang cantik dijamin akan selamat bila tak bertakwa. Kecantikan itu hanyalah rahmat dan karunia Alloh yang harus kita syukuri. Kemuliaan seorang wanita bisa diukur misalnya dari kemampuannya membuktikan kehambaannya kepada Alloh, keberhasilannnya mendidik putra-putrinya menjadi orang-orang yang shaleh, kemampuannya memperlakukan suaminya dengan baik, keberhasilannya menjadikan rumah tangga yang berkah yang disukai Alloh atau perjuangannya membimbing para muslimah, kaum wanita, dan umat menuju jalan Alloh SWT. Semoga Alloh SWT mengampuni kelalaian kita dalam menyikapi karunia yang Ia berikan pada kita. Mudah-mudahan, akan segera hadir cerita-cerita anak yang bisa membentuk generasi penerus kita menjadi pribadi yang berakhlak baik. Wallohu'alam.

Saatnya Menjadi Muslimah Berprestasi


Saatnya Menjadi Muslimah Berprestasi

Makna prestasi bagi kalangan muslimah terlebih yang telah berpredikat ibu rumah tangga adalah bukan dia harus jadi juara dalam sebuah perlombaan. Lebih tepatnya ia harus bisa menjadi pelopor dalam perbaikan bagi lingkungannya. Seorang muslimah tidak harus selalu bekerja di luar rumah untuk meraih prestasi tetapi juga tidak hanya di dalam rumah saja. Wanita-wanita Islami yang potensial seyogyanya pandai memanfaatkan dan mengembangkan ilmu yang diperolehnya. Bila ia seorang ‘tukang insinyur’ ataupun lulusan tehnik akan lebih bermanfaat dan berprestasi kalau saja ilmu-ilmu yang dimilikinya tadi mampu menghantarkannya membuka sebuah home industri, misalnya. Sehingga dengan ilmu apa saja, seorang muslimah mampu berkarya, mampu mengamalkan ilmu yang dipelajarinya bertahun-tahun di bangku sekolah atau perguruan tinggi sebagai bekal dakwah di masyarakat. Tidak seperti sekarang yang rata-rata muslimah kita beramai-ramai menjadi pengajar TPA, padahal Sarjana Kehutanan. Atau merasa cukup puas hanya berpredikat ibu dari 4 anak-anaknya.
Selain itu pula hendaknya prestasi muslimah akan lebih terarah bila terspesialisasi. Ibu-ibu akan lebih optimal dalam perannya bila punya keahlian khusus. Ibu A pandai memasak, ibu B pandai merias pengantin, ibu C menulis, ibu D berkebun, dan seterusnya. Sehingga dengan keahlian khusus ini ladang dakwah lebih tergarap maksimal.
Bagaimana Menjadi Agen Perubah yang Handal
Menjadi perintis, pelopor atau istilah kerennya ‘Agen Perubah’ dalam masyarakat dituntut memiliki beberapa hal antara lain:
1. Selalu berpikir positif dan pede (percaya diri)
Selalu berpikir positif kepada Allah, diri sendiri dan orang lain. Yakinlah bahwa Allah memberi kita semua nikmat dan kemudahan sekaligus kesulitan adalah dalam kerangka sejauhmana kita telah pandai mensyukuri nikmat-Nya dengan memanfaatkannya, tidak saja untuk diri sendiri tapi juga untuk masyarakat luas. Allah menciptakan kita dengan kepribadian, kualitas bakat dan intelektual adalah dengan maksud. Semua itu modal dasar bagi kita untuk berbuat. Termasuk cara pandang kita terhadap orang lain. Pandanglah orang lain dari sisi positifnya dan menerima sisi negatif sebagai pelajaran bagi kita. Dengan selalu ber-‘positif thinking’ seperti ini Insya Allah 'Pede' (percaya diri) akan timbul. Ibu A yang anaknya 5 saja masih bisa aktif di lembaga dakwah, koq kita yang baru punya 1 anak repotnya ngalah-ngalahin ibu A. Malu, ah..
2. Berkepribadian pantang menyerah
Sebagai pelopor dan penggerak, pasti akan menghadapi tantangan, baik dari kalangan keluarga, tetangga, tokoh masyarakat, dan lain-lainnya. Dengan berbagai hambatan tadi kita dituntut selalu bersemangat, tidak loyo, tidak mudah patah semangat. Semakin mantap kita bersikap saat kesulitan menerpa kita menunjukkan sikap hidup yang matang. Keyakinan akan janji dan jaminan Allah akan datangnya kemudahan setelah kesulitan mampu melahirkan kepribadian pantang menyerah (lihat QS. An Nasyrah : 5-6).
3. Memulai dari diri sendiri
Menyeru kepada orang akan lebih didengar dan diikuti apabila kitanya telah mengamalkan-nya. Selain masyarakat lebih tergerak karena tauladan kita, Allah pun memerintahkan demikian (lihat QS. Ash Shaff : 4).
4. Memelihara motivasi awal
Segala kesibukan kita menjadi muslimah berguna dan berkarya di masyarakat hendaknya dilandasi dengan niat yang lurus dan bersih. Semata-mata untuk mencari ridho Allah. Bukan untuk mencari penghargaan, sanjungan atau apa saja yang sifatnya duniawi. Akan lebih indah dan bermakna bila niatnya untuk ibadah sehingga kelelahan, kepenatan karena aktifitas itu tidak melahirkan kejenuhan yang berarti yang bahkan bisa-bisa membuat kita menarik diri dari medan dakwah tadi. Dengan motivasi/niat yang teguh segala tantangan apa pun bentuk dan rupanya tidak menyurutkan langkah bahkan semakin memberikan energi bagi ‘si penggerak’.
Merekalah Muslimah Berprestasi
Sekelumit profil berikut ini kiranya bisa dijadikan teladan bagi sekalian ibu-ibu, betapa seharusnya muslimah berbuat.
* Sumarti M. Thohir, ibu rumah tangga dengan aktifitas dalam masyarakat sebagai Redaktur Pelaksana Majalah “Aku Anak Shaleh”.
Mempunyai pandangan bahwa sebagai hamba Allah dengan usia yang tidak begitu panjang tanpa prestasi dihadapan Allah adalah sangat menyedihkan. Prestasi yang dimaksud, seorang muslimah selain sebagai ibu rumah tangga hendaknya memaksimalkan potensi ilmu, pikiran, tenaga dan waktu yang ada. Hendaknya tidak cukup puas dengan prestasi sebagai ibu rumah tangga. Muslimah haruslah juga menghasilkan ‘sesuatu’ yang berguna bagi masyarakatnya (Dikutip dari Ummi, Edisi Feb-Mar 2002).
* Asma Nadia, ibu rumah tangga dengan 2 anak. Penulis novel dan cerpen Islami, Ketua III Forum Lingkar Pena Nasional.
Menurutnya, muslimah dalam hidupnya hendaknya mengibaratkan dirinya sebagai sebuah kristal. Artinya, muslimah sebaiknya mampu berbuat dengan sebaik-baiknya dalam berbagai sisi dengan masing-masing sisi bernilai baik. Sebagai istri pelayanannya kepada suami memuaskan. Sebagai ibu bagi anak-anaknya, dia perhatian. Dan sebagai pekerja, prestasi kerjanya bagus dan sebagai apa saja muslimah itu menekuninya dengan kesungguhan yang luar biasa. Sebagaimana kristal yang dalam setiap sisinya memantulkan cahaya sama indahnya (Hasil wawancara Humaira saat GBSM 2 di Samarinda).
* Anaway Irianti Mansur, istri ust. M. Anis Matta, ibu rumah tangga dengan 6 anak. Aktif dalam sebuah partai Islam bidang Pemberdayaan Peran Publik Perempuan dan di Yayasan Ibu Bahagia.
Menganggap aktifitasnya ini sebagai bahan untuk pengembangan diri, sebagai bukti bahwa ‘kita orang baik’ karena interaksi kita dengan segala lapisan masyarakat dan medan dakwah untuk mengajak orang lain melakukan kebaikan. Dengan beraktifitas menuntutnya harus pandai mensiasati waktu dan kegiatan di dalam – di luar rumah. Sehingga dinamika di luar rumah tidak berakibat terlupanya anak-anak dan keluarga (Dikutip dari Tabloid MQ edisi Januari 2002).
* Nena Herlina, ibu rumah tangga dengan 7 anak, aktif sebagai pembina di berbagai kelompok pengajian (dari kalangan ibu-ibu, remaja hingga pembantu rumah tangga), Kepala TK Islam Terpadu Uswatun Hasanah.
Menuturkan bahwa sejak menikah, telah sepakat untuk menjadikan dakwah seabgai prioritas. Dengan 7 anak tanpa pembantu di rumah membuat suaminya tidak segan-segan ambil bagian pula dengan urusan rumah tangga. Kegigihannya dalam aktifitas dakwah membina jama’ah pengajiannya di tengah-tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga sampai-sampai harus melahirkan akannya yang ke-7 saat pengajian mampu membuat orang terkagum-kagum dan menghantarkannya sebagai peraih Ummi Award tahun 2002 ini (Dikutip dari Ummi Edisi 2002).
Dari beberapa profil di atas tergambarkan betapa cantiknya seorang muslimah yang hidupnya berguna bagi orang banyak. Selain untuk anak, suami dan keluarga ia masih mampu dan mau mencurahkan dengan maksimal apa-apa yang dianugerahkan Allah kepadanya. Anugerah sehat, kuat dan kelapangan waktu.
Seandainya suami ibu-ibu mempunyai pandangan seperti halnya Ust. Anis Matta yang sangat mendukung segala aktivitas istrinya, apakah ibu-ibu akan meraih kesempatan ini ? Atau seandainya suami ibu-ibu punya pandangan lain dari apa yanag kita bahas saat ini, apa yang akan ibu lakukan ? Jawabannya hanya ibu yang tau. (by Ummu TQ)

PENANTIAN TAK BERUJUNG

KAPAN ENGKAU DATANG
Apakabar calon istriku? Bagaimana keadaanmu sekarang ini? Aku berharap di manapun kau berada, kebahagiaan serta rahmatNya selalu menyertaimu.
Calon istriku, ...Di mana Engkau sekarang? Aku selalu setia menantimu, pun saat usiaku jelang duapuluh empat tahun. Setiap usai shalat aku berharap pada Yang Kuasa untuk mengakhiri penantianku ini. Setiap malam, aku selalu menanti pagi, akankah engkau segera datang menjumpai. Mengajakku meniti jalan ilahi untuk mengayuh hidup menguatkan tekad untuk terus menjalankan titahNya juga Sunnah RasulNya.
Wahai calon Istriku, ...Apa yang beratkan langkahmu untuk menjumpaiku? Apa yang sedang kau lakukan sekarang ini? Mencari rupiah demi rupiah sebagai ongkos agar kita dapat mengayuh bahtera itu bersama? Berapa besar ongkos itu? Berapa jumlah rupiah yang akan engkau cari? Bahtera seperti apa yang ingin kau tumpangi? Ekonomi, standar, atau eksekutif?
Tak soal buatku, bahtera apa yang akan kita kayuh, toh yang penting untukku kita akan menjalani semua itu dengan keikhlasan yang amat sangat. Tak perlu risaukan berapa rupiah yang kau miliki saat ini. Berapapun jumlahnya, aku selalu akan menerimamu. Asal rupiah yang kau dapatkan bukan dari jalan tak kau ketahui dari mana asalnya.
Wahai calon suamiku, ...Apa yang sedang kau lakukan hingga kau menunda untuk bertemu dengan ku? Apakah ada amanah lain yang harus kau tunaikan? Seberat apa amanah itu? Aku ingin mendampingimu. Menemanimu menunaikan amanah itu bersama-sama.
Calon istriku yang selalu ku nanti,...
Di mana kau sekarang? Apa yang kau lakukan saat ini? Aku selalu memudahkan langkahmu untuk mencapai cita-cita dan asa yang kau inginkan. Allah punya rencana untuk menunda mempertemukan kita sekarang ini karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk menghusung amanah yang jauh lebih berat. Ia ingin kita lebih matang merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya.
Calon istriku,...Siapapun engkau yang Allah berikan untuk mendampingi hidupku, Aku akan selalu menantimu. Aku percaya Allah Yang Terkasih punya rencana yang terbaik untuk menyusun rencana hidupku juga hidupmu.
Calon istriku,...Kapan engkau datang? Aku akan tetap menantimu.
Dari ku yang merindukanmu..........